(Sebuah refleksi tentang pengalaman hidup)
Tak terasa setahun sudah aku menjalani kehidupanku sebagai seorang seminaris di tahun ketiga ini (kelas dua) di mana pada saat-saat itu aku harus sudah bisa mengambil keputusan untuk memilih bagaimana jalan panggilanku selanjutnya. Tentunnya pada saat-saat tersebut aku mendapatkan banyak hal yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dimulai dari pertama kali kembali ke seminari sebagai kelas dua. Di kelas dua ini aku bersama dengan teman-teman seangkatanku dituntut dan dibimbing bagaimana dapat menjadi seorang pemimpin yang baik. Aku dan teman-teman seangkatanku menjadi ketua dalam perbidelan dan segala organisasi-organisasi yang ada di seminari yang digeluti masing-masing. Dengan pengalaman-pengalaman yang kualami di dalam memimpin sebuah organisasi (meskipun organisasi kecil) aku menjadi mengerti bahwa bagaimana kita bisa mengelola sesuatu hal yang kecil menjadi sesuatu hal yang baik dan bertanggung jawab karena dari hal-hal kecil itulah aku bisa belajar mengelola dengan baik sehingga bila dihadapkan dengan sesuatu hal yang besar dan rumit maka aku bisa menanganinya dengan seluruh kemampuan yang kumiliki.
Di kelas dua ini aku dipercaya untuk menjadi ketua dari PMDB (Pengembangan Minat dan Bakat) Koor oleh teman-teman sekomunitas. Saat itu aku merasa sesuatu hal yang berbeda karena seumur hidup aku belum pernah ditunjuk sebagai seorang ketua jadi pada saat itu aku merasa sedikit tidak siap untuk menjalaninya. Tetapi ya sudah, inilah saat yang tepat untuk belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik agar semakin dapat menunjang dalam kehidupan panggilanku untuk menjadi seorang calon imam nantinnya. Banyak tuntutan, banyak tantangan, dan banyak hambatan-hambatan yang kujalani selama aku menjabat sebagai seorang ketua PMDB koor. Saat aku menjabat sebagai ketua banyak sekali tugas-tugas yang harus dijalani dan hal itu sengaja aku rancang agar suatu organisasi kecil yang kupegang ini bisa semakin berkembang tidak seperti sebelumnya. Jika disuruh untuk mengisi koor pada suatu acara atau misa aku terima saja selama hal itu tidak menggangu jadwal di seminari. Tetapi pada akhirnya ada sesuatu hal yang kudapatkan bahwa Tuhan telah memperlihatkan kepadaku betapa sulitnya untuk menangani sesuatu hal agar menjadi baik dan bertanggung jawab sehingga dari hal ini aku bisa belajar sebelum aku menjadi seorang pastur nantinya yang tugasnya akan lebih banyak dan tentunnya semakin berat. Pernah suatu kali masalah datang yaitu bahwa anggota dari PMDB koor saat sedang latihan hanya sedikit yang datang. Maka, aku sebagai seorang ketua harus bertanggung jawab akan hal ini. Aku harus sabar untuk menangani hal yang sudah sering terjadi ini (sudah menjadi suatu kebiasaan). Aku terus berjuang untuk merubah kebiasaan yang buruk ini menjadi sesutau hal yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan segala kesabaran dan kemauan yang kuat aku mengajak mereka sehingga mereka semua menjadi semangat bila ada latihan. Perlahan tapi pasti akhirnya aku bisa mengurangi keburukan-keburukan yang sudah menjadi kebiasaan di komunitas meskipun terkadang masih ada pula yang mengulangi hal yang sama. Aku terus mencari cara bagaimana caranya agar semua teman-teman dari PMDB Koor menjadi semangat dalam latihan dengan cara mencari kegiatan dan tugas sebanyak-banyaknya tetapi tidak bertabrakan dengan jadwal di seminari.
Dari Hal kecil ini aku merefleksikan dengan melihat bagaimana kehidupan pribadiku yang telah kulakukan pada sebelumnya. Bagaimana hubunganku dengan komunitas, bagaimana kinerjaku terhadap organisasi-organisasi yang kupimpin, dan yang terpenting adalah bagaimana aku menanggapi semua itu dengan kehidupanku sebagai seorang calon imam.
· Hubunganku dengan Komunitas
Di kelas dua ini aku dan teman-teman seangkatanku menjadi pemimpin untuk komunitas. Jika angkatanku tidak bisa mengelola segala hal yang berhubungan dengan anggota komunitas maka keadaan akan menjadi semakin buruk. Aku bersama dengan teman-teman seangkatanku membuat suatu keyakinan agar segala hal yang kita pegang bisa menjadi lebih baik. Maka, aku dan teman-temanku harus bisa menjadi suatu contoh yang baik bagi seluruh anggota komunitas. Aku belajar agar bagaimana aku bisa menjadi contoh yang baik dalam hidup komunitasku. Aku mencoba untuk menjauhi segala hal-hal yang buruk yang terjadi di seminari ini dan Aku mencoba menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman sekomunitas. Semua ini masih dalam proses pengembangan diriku sebagai seorang calon imam dengan bagaimana melakukan hubungan yang baik dengan seluruh anggota komunitas seminari wacana bhakti.
· Kinerjaku terhadap organisasi-organisasi yang kupimpin
“Semangat untuk membentuk sesuatu yang baik dalam bekerja”. Hal ini yang telah menjadi prinsipku sebelum aku menginjak masa-masa kelas dua ini dengan berbagai persiapan di dalamnya. Aku harus selalu semangat dalam melakukan segala sesuatu hal yang ada di seminari. Sebagai seorang calon pemimpin yang nantinnya akan menjadi suatu panutan bagi orang banyak maka aku harus semangat dalam melakukan segala sesuatu pekerjaan karena dengan hal tersebut orang lain akan secara tidak langsung mengikuti apa yang akan kita kerjakan dengan adanya semangat yang tinggi. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar apa yang kukerjakan ini bisa menjadi sesuatu hal yang berguna bagi diri sendiri, sesama, dan Tuhan. Dan hingga saat ini kebiasaan yang selalu kulakukan tersebut masih berlangsung.
· Tanggapanku akan semua itu sebagai seorang calon imam
Aku berharap dan terus berharap bahwa segala hal yang kulakukan ini dapat menjadi suatu penunjang bagi kehidupanku sebagai seorang calon Imam. Semua itu adalah proses yang terus berlanjut dan tak akan pernah habis karena di dalam dunia ini aku akan masih terus mempelajari bagaimana setidaknya menjalankan kehidupan dengan baik, bertanggung jawab, dan mendekatkan diri di bawah naungan Tuhan.
Melihat hal itu semua, semoga aku bisa semakin berkembang dan bisa menjadi seorang Imam yang menjadi teladan bagi semua orang sehingga dapat mewartakan kabar gembira dengan tulus, ikhlas, dan dengan sepenuh hati berdasarkan bimbingan dari Tuhan sendiri.
Yohanes Charles Pranata